Hah..aku
menarik nafas lega, setelah terhindar dari kemacetan di daerah Pondok Labu. Yah
begitulah Jakarta ,
walaupun sebenarnya keriaan arus mudik terjadi di daerah Terminal Lebak Bulus,
imbasnya terasa ke berbagai daerah di sekitarnya.
Banyak
yang tak mengetahui keberadan museum yang terletak di jalan Haji Kamang no 38
ini. Dan sore itu, hanya kamilah pengunjung museum itu, bahkan
satpam yang menjaga di depan pagar juga tak tahu pasti apakah museum
beroperasional atau tidak. ”Didalam ada yang jaga ticket, tanya aja...mungkin
buka...kali”, seraya berkata. Seperti memasuki dimensi lain di saat memasuki ruang
museum ini. Ruang dimana hanya ada sunyi, dan fakta tersembunyi.
Tour di Museum Layang-layang
ini, diawali dengan menonton tayangan televisi. Entah mengapa, walau tayangan
ini tidak disiarkan dengan format LCD, namun cukup menyihir kami untuk diam dan
menonton. Padahal kalau ada tayangan seperti ini di televisi rumah, pasti
tangan kita sudah gatal untuk meraih remote dan memindah chanel.
Dan wow...di tayangan tersebut, kami
melihat layangan yang begitu besar, hingga memerlukan sebuah truk untuk mengangkatnya.
Kami melihat layang-layang tiga dimensi berterbangan di angkasa. Layang-layang
dari Bali meliuk dengan lincah menggoyangkan buntutnya yang panjangnya mencapai
250 meter.
Setelah itu kita dipandu ke
sebuah pendopo dimana layang-layang yang
tadi beraksi ditayangan tersebut disimpan.Layang-layang dari berbagai daerah
dan berbagai negara dipamerkan disana. Layang-layang dengan bentuk delman
lengkap dengan kuda penarik yang ukurannya kurang lebih sama dengan aslinya
tergantung di langit-langit . Ada juga layang-layang terkecil yang ukurannya
hanya 2x2cm2.
Pernah mendengar memancing
kalong? Ternyata memancing kalong itu dengan layang-layang. Ini biasa dilakukan
di pulau Kalimantan. Dimana pada benang Layang-layang disangkutkan kail, hingga
saat kumpulan kalong terbang melewati, layang-layang langsung ditarik, dan
tertangkaplah mangsa.
Setelah tour tersebut kita juga
berkesempatan untuk membuat layang-layang sendiri. Wow sungguh seperti kembali
ke masa anak-anak. Masa yang ceria, lepas tanpa beban pikiran. Sehabis itu
berlarianlah kita menerbangkan layang-layang. Sungguh melupakan beban yang ada
di luar pagar sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar